Jumat, 26 Februari 2010

SAMPAI MENUTUP MATA ( REVISI )

Cerpen karya : Siti Rodhiyah 9A

Pagi itu tampaklah seorang gadis yang cantik jelita. Ia bernama Putri Anjani, ia sering disapa Anjani.Selain cantik, ia juga pandai, Anjani sekarang sudah kelas 9. Ia sekolah di SMP Nusa Bangsa Brebes. Anjani berkeinginan untuk meneruskan sekolahnya di SMA Nusantara di Jakarta.

Suatu hari ia meminta izin kepada ayah dan bundanya untuk sekolah di Jakarta, awalnya orang tua Anjani tidak mengijinkan,karena terus memaksa dengan berat hati orang tuanyapun mengijinkan.Keesokan harinya Anjani melaksanakan UN ia mengerjakan semua Ujian dengan semangat.Setelah satu bulan,ia mengambil pengumuman kelulusan,ia sangat cemas dan khawatir,karena takut kalau tidak lulus.
Anjani menunggu sangat lama,ia tidak sabar dengan hasil pengumumannya,tidak lama kemudian bunda Anjani pun keluar dari ruang kelasnya.Anjani pun berlari menghampiri bundanya.

”Bagaimana Bun, lulus atau tidak.”Tanya Anjani dengan raut muka yang cemas.
Bundanya diam saja.
“Yuk, pulang saja.”
“Lo, gimana Bunda, lulus tidak? Nggak lulus ya?”

Anjani terduduk lalu menangis sesenggukan.
“Sudah sayang jangan menangis, Bunda hanya bercanda, kamu lulus kok.”
“Apa bun, Anjani lulus?”
“Iya, kamu lulus.”

Pada saat iu hati Anjani pun bahagia karena lulus dengan nilai Ujian yang baik.Sesampai di rumah,Anjani pun langsung siap – siap untuk keberangkatannya besok.Malam itu adalah malam perpisahan Anjani dengan kedua orang tuanya,sebenarnya dalam hati ayah dan bunda Anjani tidak bisa pisah dengan anak semata wayangnya itu.Tapi bagaimana lagi sudah kemauan Anjani untuk pergi ke Jakarta.

Pagi – pagi Anjani pun sudah siap untuk berangkat ke Jakarta.Ketika sampai di terminal,Ayah Anjanipun berpesan kepadanya.”Nak,nanti kalau sudah sampai disana kabari ayah dan bunda.”
”Ya...Yah.”
”Oh ya...jangan sampai lupa makan yang teratur dan juga jaga kesehatan baik – baik”Tambah bunda
”Ya...Bun Anjani akan selalu ingat pesan ayah dan bunda.”
Anjani pun memeluk kedua orang tuanya.Ketika itupun ia meneteskan air mata.
”Ya...sudah ya Bun,Anjani berangkat dulu.”
”Hati – hati Nak jaga diri baik – baik.”
Kemudian Anjani pun masuk ke dalam bus.Sesampainya di Jakarta Anjani pun langsung menghubungi keluarganya di Brebes.
”Assalamu’alaikum!”Kata Anjani mengawali pembicaraan.
“Waalaikumsalam! Maaf ini siapa ya?”Tanya bunda Anjani yang belum tau itu telepon dari siapa.
“Bunda,ini Anjani,Anjani sudah tiba di Jakarta.”
Sesudah lama berbicara dengan keluarganya Anjani pun meneruskan perjalanannya untuk mencari kos – kosan.Ia sangat lelah dan ia beristirahat sebentar di sebuah taman.Disana ada seorag laki – laki.Laki – laki itu bernama Putra.Putra adalah seorang laki – laki yang baik dan pintar.Putra saat itu sedang bermain bola bersama dengan teman – temannya Tiba – tiba ketika ia menendang bola sangat keras,tidak sengaja terkena kepala seorang gadis yang tak lain adalah Anjani.Anjani seketika itu pun pingsan karena terkena tendangan bola dari Putra.Putra pun menghampiri Anjani yang terbaring pingsan tanpa fikir panjang, Putra pun langsung membawa Anjani ke rumahnya.Sesampai di rumah ibu Putra pun bertanya”Siapa itu Nak yang pingsan?”
“Putra juga tidak tau Bu,tadi ia pingsan gara-gara Putra”
“Maksudmu.”
“Tadi kan Putra bermain bola di taman,saat menendang bola tidak sengaja terkena kepala gadi ini.” Jelas Putra pada ibunya.
”Ya...sudah cepat sana bawa masuk.”
Putra pun langsung membawa Anjani ke dalam kamar Putra.Beberapa menit kemudian,Anjani pun sadar,ia bingung berada di mana,ia terkejut ketika melihat seorang laki – laki yang tak lain adalah Putra.”Aku dimana?dan siapa kamu?”
”Jangan takut kamu berada di rumahku dan kenalkan namaku Putra,kamu siapa?”
Tanya Putra pada Anjani.
Dengan kepala yang msih sedikit pusing dan mata yang masih sayup – sayup karena baru sadar,Anjani pun menjawab,”Aku Anjani,terima kasih ya...sudah menolongku.”
”Seharusnya aku yang minta maaf padamu,karena aku yang telah membuatmu pingsan.”
”Maksudnya?”Tanya Anjani dengan heran.
”Tadi sewaktu aku menendang bola,tidak sengaja terkena kepalamu.”

Setelah mereka berbincang – bincang tentang tujuan Anjani ke Jakarta. Putra pun menawarkan pada Anjani untuk ngekos di samping rumahnya yang kebetulan kos – kosan itu adalah kos – kosan ayah putra sendiri.
Pagi harinya,tepatnya hari minngu Anjanipun keluar dari kos – kosan untuk mencari udara luar. Kebetulan ia melihat Putra sedang mencuci motor di halaman rumahnya.Dalam hati Anjani pun berkata”Terima kasih ya Allah Engkau telah memberi kemudahan untuk hamba.”

Anjani di kos – kosan baru satu hari,tetapi ia sudah memiliki teman,boleh juga dibilang sahabat karena mereka sangat akrab.Sahabatnya itu bernama Vita.Diam – diam Vita dari tadi memandang Anjani dari belakang.Tiba – tiba Anjani terkejut melihat Vita sudah berada di sampingnya.
”Vita,sejak kapan kamu disini?”
”Hallo...aku disini sudah sejak tadi kamu baru nyadar ya?”
”Maksudmu?”
”Ya...nggak ada maksud.Kamu kenapa sih dari tadi aku perhatiin kamu serius amat ngelihatin Putra,jangan – jangan kamu suka ya sama Putra?Ngaku aja deh...!”Goda Vita pada Anjani.
”Apaan sih kamu.”Ucap Anjani agak sedikit malu.

Nggak seperti biasanya pagi itu Putra sangat gembira.Maklumlah...ia baru ditinggal pacarnya dua bulan yang lalu.Jadi ia hari – hari biasanya ia sering murung,cuek dan juga egois.
Hari sudah larut malam waktu Anjani untuk pergi tidur.Tetapi malam itu Anjani tidak bisa tidur,entah apa yang sedang dipikirkannya.
Keesokan harinya Anjani pun bangun kesiangan mungkin karena tadi malam nggak bisa tidur.Anjani pun tidak membayangkan hari pertama sekolah ia sudah dihukum karena kesiangan.

Bel tanda istirahat,itu berarti hukuman yang diberikan pak Guru kepada Anjani sudah selesai.Setelah itu Anjani pun masuk kelas,tapi tak disangka dari arah yang berlawanan Putra berlari.Akhirnya mereka pun bertabrakan,tanpa sengaja mereka saling berpegangan tangan dan bertatap muka jantung Anjani pun berdetak kencang.
”Eh,maaf aku nggak sengaja,kamu nggak apa – apa kan?”
”Eh,iya aku nggak apa – apa kok,makasih ya dah bantuin.”
”Sama – sama.Ya...sudah kita masuk kelas sama – sama yuk!”
Akhirnya Anjani dan Putra sama – sama masuk ke dalam kelas .

Hari terus bejalan akhirnya Anjani pun berada di kelas XI ia mengambil jurusan IPA bersam dengan Putra.Akhirnya mereka pun menjadi sepasang kekasih.Sepulang sekolah Anjani tidak langsung pulang,melainkan pergi ke suatu tempat bersama Putra tempat itu adalah tempat dimana saksi akan cinta Anjani dan Putra.Anjani termenung dalam hati.Ia berkata”Ya Allah...andai aku tau kapan Engkau menjemputku aku akan mencintai dan menyayangi Putra sepenuh hati.”
Saat yang bersamaan Putra pun termenung memandang wajah Anjani.”Ya Allah jangan Engkau pisahkan aku dengannya karena aku sangat mencintainya.”
Tak terasa hari sudah sore Anjani dan Putrapun pulang setelah sampai di kos – kosan Anjani pun berpikir untuk menulis sebuah puisi yang berjudul ”Embun Pagi”
EMBUN PAGI

Wahai embun pagi,sampaikanlah padanya bahwa aku sangat mencintai dan menyayanginya
Wahai embun pagi tebarkanlah baumu kepada insan yang ku sayang
Embun pagi engkau bagaikan hatiku,Engkau selalu menebarkan baumu
Sehingga kabutpun saling bertebaran
Wahai Embun pagi sampaikanlah salam manisku ini padanya walau aku berada di kejauhan
Namun,hati ini tetap utuh untuknya selama aku masih hidup dan jantungku pun berdetak.
Kan ku dampingi dirinya hingga ajal menjemputku.


Setelah menulis puisi Anjani langsung merebahkan dirinya di atas ranjang.
Keesokan harinya Anjani berangkat sekolah bersama Putra sesampai di sekolah Anjani pun masuk kelas terlebih dahulu.Bel pun berbunyi itu pertanda masuk di dalam kelas Putra melihat Anjani sangat murung,wajahnya pun pucat,entah ia sakit atau sedang memikirkan sesuatu.Tak lama kemudian pelajaran sudah di mulai Anjani masih saja murun,ia tidak sadar bahwa dari tadi ia diamati oleh guru yang mengajarnya.
”Anjani,kamu kenapa?kamu sakit ya?”
”Tidak aku tidak sakit.”
”Kalau sakit mendingan ke UKS saja.”
”Tidak kok Bu,”
Tak lama kemudian bel pun berbunyi semua siswa bertebaran keluar untuk menuju ke kantin,begitu juga Anjani dan Vita dalam perjalanan ia melihat anak – anak sedang bermain basket,tiba – tiba tidak sengaja bola terlempar ke arah Anjani dan mengenai kepalanya.Akhirnya Anjani pun pingsan Putra pun lari menghampiri Anjani yang masih pingsan.Setelah sadar Anjani merasa ingin batuk.Kemudian ia batuk dengan mengeluarkan darah.Dari lua Putra kemudia masuk dan menanyai Anjani.
”Kamu nggak apa – apa kan?apa yang kamu rasakan.”
”Nggak apa – apa kok mungkin kecapean.”
Tak lama kemudian,Anjani diantar Putra di kos – kosannya setelah sampai di kos – kosan iapun langsung istirahat dan Putra pulang ke rumahnya yang tak jauh dari kos – kosan Anjani.

Setelah beberapa hari ia tidak berangkat sekolah,pada hari seninpun Anjani sudah tampak di sekolah tapi ia mengikuti upacara yang setiap hari senin dilaksanakan,karena tidak sanggup Anjani pun pingsan lagi.Ia lansung dibawa ke rumah sakit,sampai di rumah sakit Putra menemukan sebuah sapu tangan yang terdapat darahnya.
Sapu tangan itu jatuh dari rok Anjani.Putra pun heran,setelah beberapa saat dokter keluar dari ruangan.Dokter memanggil salah satu dari keluarga Anjani untuk segera ke ruang dokter.Putra pun langsung menuju ke ruang dokter.
”Anda siapanya pasien?”
”Saya temannya Dok.”
”Apa bisa keluarganya suruh kemari?”
”Memeng ada apa Dok sampai – sampai orang tuanya suruh kemari”
”Anjani terserang penyakit leukimia stadium akhir.”
Putra seketika itu pun meneteskan air mata ia tak sanggup harus berpisah dengan Anjani.Tak disangka dari luar ternyata Anjani mendengar pembicaraan Putra dengan dokter.Seketika itu Anjani pun berlari meninggalkan ruangan Putra pun mengajar Anjani setelah beberapa saat Anjani pun lansung memeluk Putra
”Mengapa aku harus dilahirkan di dunia ini?Putra,mulai sekarang kita nggak usah berhubungan lagi,mendingan kamu mencari penggantiku saja
”Tidak Anjani aku kan menemanimu karena jiwa dan ragaku hanya untukmu.”
”Tapi,aku sudah tidak sanggup lagi dengan penyakit ini.Tolong jika nanti aku sudah tidak ada kamu jangan menangis dihadapanku,walau nanti aku sudah tiada aku kan selalu di hatimu cintamu kan kusimpan dalam liang kubur yang sudah menantiku.”
”Anjani,kamu itu bicara apa?umur itu hanya Allah yang menentukan.”

Akhirnya Anjani dan Putra kembali ke ruangan.Vita sudah menunggu Putra dan Anjani.
Setelah beberapa hari Akhirnya Anjani pun boleh pulang.Sesampai di kos – kosan ia dibawa ke kamarnya tetapi,beberapa saat kemudian,Anjani berkata pada Putra
”Putra aku sudah tidak kuat lagi,tolong sampaikan sama ayah dan bunda kalau aku tidak bisa menemani mereka sampai tua.”
”Anjani,kamu tuh ngomong apa?”
”Putra,apakah kamu mencintaiku?”
”Jiwa dan ragaku hanya untukmu An,”
Permintaan terakhir Anjani adalah ia ingin dipeluk oleh Putra mungkin pelukan itu terakhir untukAnjani,agar Anjani bisa tenang meninggalkan mereka.
Putra memanggil nama Anjani ternyata Anjani sudah tiada untuk selamanya.Beberapa saat kemudian,Vita memberikan selembar kertas yang berisi puisi dan sebuah diariy Anjani Putra pun membaca diary itu dalam diary itu Anjani berpesan,tolong jaga Vita seperti kamu menjagaku.
Akhirnya Putra memenuhi pesan yang ditulis Anjani.Mereka hidup bersama dan semoga Anjani diterima di sisi Allah S.W.T.Amin....



Kesetiaan cinta membuat orang lain bahagia,walau orang yang cintainya telah tiada.

1 komentar: